Spektrum Fidelitas: Dari Low ke High
Istilah “fidelity” dalam simulasi medis mengacu pada sejauh mana manikin meniru kondisi fisiologis manusia.
Menurut Motola et al. (2013) dalam Medical Teacher, terdapat tiga tingkat fidelitas yang umum digunakan:
-
Low-fidelity, untuk latihan keterampilan dasar seperti injeksi atau perawatan luka;
-
Mid-fidelity, dengan fitur suara napas atau denyut nadi buatan;
-
High-fidelity, dilengkapi respons fisiologis otomatis seperti tekanan darah, aritmia, atau pupil yang berubah.
Pemahaman atas spektrum ini membantu institusi menyesuaikan pilihan dengan kebutuhan pembelajaran, tanpa harus selalu memilih yang paling canggih.
Menyesuaikan dengan Tujuan Pembelajaran
Tidak semua manikin harus berteknologi tinggi untuk menghasilkan pembelajaran efektif.
Okuda et al. (2019) dalam Advances in Simulation menemukan bahwa kecocokan antara tingkat fidelitas dan capaian kompetensi lebih penting dibanding fitur semata.
Mahasiswa tahun awal lebih diuntungkan dari latihan berulang pada manikin sederhana, sedangkan mahasiswa klinik memerlukan high-fidelity manikin untuk simulasi kompleks, seperti kegawatan medis atau kolaborasi interprofesional.
Pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber daya yang proporsional dengan hasil belajar yang terukur.
Pertimbangan Infrastruktur dan Dukungan Teknis
High-fidelity manikin membutuhkan dukungan teknis seperti ruangan berpendingin, pasokan listrik stabil, software simulator, dan operator terlatih.
Hegland et al. (2017) dalam Clinical Simulation in Nursing menegaskan bahwa keberhasilan program simulasi sangat bergantung pada kesiapan staf dan pemeliharaan alat, bukan hanya pada spesifikasi perangkat.
Karena itu, banyak institusi memulai dari mid-fidelity manikin sebelum beralih ke sistem simulasi lanjutan, agar transisi berjalan efisien dan berkelanjutan.
Distributor resmi seperti PT Java Medika Utama juga berperan dalam memastikan tersedianya dukungan purna jual, pelatihan teknisi lokal, serta konsultasi pemilihan alat sesuai kebutuhan pendidikan di Indonesia.
Relevansi bagi Pendidikan Kesehatan di Indonesia
Banyak universitas kedokteran dan keperawatan kini membangun Simulation Center untuk menghadirkan pengalaman belajar klinik yang lebih aman.
Kolaborasi antara lembaga pendidikan dan distributor manikin medis di dalam negeri membantu memperluas akses terhadap alat simulasi berkualitas, mendorong pemerataan standar pembelajaran, serta memperkuat budaya keselamatan pasien di lingkungan akademik.
Pendekatan ini sejalan dengan tren global yang menempatkan simulasi sebagai fondasi penting dalam pendidikan medis modern.
Referensi
-
Motola, I., Devine, L. A., Chung, H. S., Sullivan, J. E., & Issenberg, S. B. (2013). Simulation in healthcare education: A best evidence practical guide. Medical Teacher, 35(10), e1511–e1530. [Scopus Q1]
-
Okuda, Y., Bryson, E. O., & DeMaria, S. (2019). The utility of simulation in medical education: What is the evidence? Advances in Simulation, 4(1), 12. [Scopus Q2]
-
Hegland, P. A., Aarlie, H., Strømme, H., & Jamtvedt, G. (2017). Simulation-based training for nurses: Systematic review and meta-analysis. Clinical Simulation in Nursing, 13(5), 245–263. [Scopus Q1]